
Seringkali kita menghadapi suatu keadaan yang membuat kita tidak menerima kenyataan hidup ini. Ekonomi kita pas-pasan, keluarga kita masih dalam perawatan dokter. Kita sendiri divonis dengan sakit yang katanya tidak ada obatnya. Doa kita belum dijawab2 oleh Tuhan. Sudah bertahun-tahun kita berdoa. Bisakah kita tidak mengeluh dalam keadaan seperti ini…???
Ayub adalah orang terkaya di sebelah timur (mungkin di suatu kota). Ia mempunyai 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Ia memiliki 7000 ekor kambing domba, 3000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina dan mempunyai budak yang sangat banyak. Ia saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1-3)
Lalu suatu ketika habislah semua yang dimilikinya. Sebagian besar hewan peliharaannya dirampas dan sisanya mati. Ini berarti seluruh mesin uangnya tidak ada lagi. Penghasilannya tidak ada lagi. Bisnisnya yang demikian besar tentu tidak dibangunnya dalam waktu semalam, tapi bangkrut hanya seketika saja secara hampir bersamaan. Belum selesai Ayub memikirkan bagaimana cara memberi makan kepada budaknya, ia mendapat kabar bahwa semua anak2nya mati semua pada saat sedang berpesta pora. (Ayub 1:13-19)
Dalam keadaan seperti ini, kita yang normal tentu berpikir wajarlah Ayub menjadi stress berat menghadapi situasi seperti ini. Dan maklumlah kalau dia mengeluh dan sangat berduka cita. Mari kita periksa bagaimana sikap Ayub selanjutnya.
Ayub 1;20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, 21 katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" 22 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Ayub 2;9 Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" 10 Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Alkitab mencatat bahwa dalam kondisi yang sangat berat seperti itu diisertai dengan tekanan berat dari istrinya Ayub masih tetap kuat, dia tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Dalam perjalanan selanjutnya – setelah Ayub sendiri mengalami penyakit borok yang busuk di seluruh tubuhnya yang tak kunjung sembuh -- ternyata Ayub mengeluh juga :
Ayub 3:1 Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya. 2 Maka berbicaralah Ayub: 3 "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
Tapi bagusnya dia segera menyadari bahwa sungut-sungutnya tidak berkenan kepada Tuhan, dan dia segera bertobat dan mencabut sungut-sungutnya setelah dinasehati oleh Elifas.
Ayub 4:1 Maka berbicaralah Elifas, orang Teman: 2 "Kesalkah engkau, bila orang mencoba berbicara kepadamu? Tetapi siapakah dapat tetap menutup mulutnya? 3 Sesungguhnya, engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan; 4 orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kaukokohkan; 5 tetapi sekarang, dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau terkejut. 6 Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?
Ayub 7:1 "Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?
Ayub 14;14 Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku;
Ayub 42:1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN: 2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. 4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. 5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. 6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."
Lalu Tuhan memulihkan rohani Ayub dan kemudian memulihkan ekonominya juga dengan berlimpah-limpah dari semula.
No comments:
Post a Comment